Tafsir Surat Al Anbiya : 93
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ ﴿٩٢﴾
وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ ﴿٩٣﴾
فَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ ﴿٩٤﴾
وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ ﴿٩٣﴾
فَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ ﴿٩٤﴾
Artinya : “Sesungguhnya (agama tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. kepada kamilah masing-masing golongan itu akan kembali. Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, Maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan Sesungguhnya kami menuliskan amalannya itu untuknya.” (QS. Al Anbiya : 92 – 94)
Tentang firman Allah إن هذه أمتكم أمة واحدة , Ibnu Abbas, Mujahid, Said bin Jubeir dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa agama kalian adalah satu.
Sedangkan Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ayat itu menjelaskan kepada mereka apa-apa yang harus dijaga dan apa-apa yang akan terjadi kemudian dia mengatakan bahwa makna dari إن هذه أمتكم أمة واحدة adalah sunnah (jalan) kalian adalah jalan yang satu.
Adapun maksud firman Allah وتقطعوا أمرهم بينهم adalah umat-umat berselisih terhadap para rasul mereka, ada dari mereka yang mengimani namun ada juga yang mendustai mereka. Karena itulah firman-Nya كل إلينا راجعون yaitu : pada hari kiamat, Dia swt akan memberikan balasan sesuai dengan amalnya, jika amalnya baik maka dibalas dengan kebaikan dan jika ia buruk maka dibalas dengan keburukan. Karena itu juga Allah berfirman فمن يعمل من الصالحات وهو مؤمن yaitu hatinya beriman dan beramal shaleh فلا كفران لسعيه seperti firman-Nya إنا لا نضيع أجر من أحسن عملا (QS. Al Kahfi : 30) yang berarti usaha atau amalnya tidak akan diingkari bahkan diberikan balasan dan tidaklah dizhalimi walau sebesar biji sawi sekali pun, karena itu pula firman-Nya selanjutnya وإنا له كاتبون yaitu akan ditulis seluruh amalnya dan tidak akan disia-siakan sedikit pun. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz V hal 371 – 372)
Al Qurthubi mengatakan bahwa makna وتقطعوا أمرهم بينهم mereka saling berpecah didalam agama, demikian dikatakan al Kalibi, sementara al Akhfasy mengatakan bahwa mereka saling berselisih didalamnya.
Al Qurthubi juga mengatakan bahwa yang dimaksud di situ adalah orang-orang musyrik, mereka dicerca karena telah menyimpang dari kebenaran serta mengambil tuhan-tuhan selain Allah. Al Azhariy mengatakan bahwa maknanya adalah mereka telah berpecah belah didalam urusan (agama) mereka.
Maksudnya adalah seluruh makhluk, yaitu mereka telah menjadikan urusan didalam agama mereka terpotong-potong dan mereka mebagi-bagi diantara mereka. Diantara mereka ada yang tetap bertauhid, ada yang menjadi Yahudi, ada yang menjadi Nashrani dan ada yang menyembah raja atau berhala. Dan كل إلينا راجعون yaitu seluruhnya akan dikembalikan kepad pengadilan Kami lalu Kami memberikan balasan kepada mereka. (Al Jami’ Li Ahkmil Qur’an jilid VI hal 304 – 305)
Didalam menafsirkan ayat-ayat diatas Sayyid Qutb mengatakan bahwa umat para rasul adalah satu, mereka tegak diatas aqidah yang satu dan agama yang satu. Asasnya adalah tauhid yang menjadi da’wah para rasul sejak awal hingga akhir risalah-risalah tanpa ada pergantian atau perubahan pada asal yang besar ini.
Sesungguhnya berbagai perincian dan penambahan didalam manhaj kehidupan tegak diatas aqidah tauhid yang sesuai dengan kesiapan setiap umat, perkembangan setiap generasi, sesuai pertumbuhan pengetahuan dan pengalaman manusia, kesiapan mereka terhadap berbagai tipe taklif dan syari’at serta sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan baru yang tumbuh bersama pengalaman mereka dan perkembangan kehidupan, berbagai sarana dan hubungan antara generasi satu dengan lainnya.
Bersamaan dengan kesatuan umat para rasul dan kesatuan dasar yang diatasnya tegak seluruh risalah itu terjadilah perpecahan dikalangan para pengikutnya dalam urusan (agama), setiap mereka menjadi sebuah potongan dan lari darinya. Lalu muncul perdebatan dan banyak perselisihan terjadi diantara mereka serta bangkitlah permusuhan dan kebencian diantara mereka… Hal itu terjadi diantara para pengikut dari rasul yang satu hingga mengakibatkan sebagian mereka membunuh sebagian lainnya dengan mengatasnamakan aqidah padahal aqidahnya satu dan umat para rasul seluruhnya adalah satu.
Sungguh perpecahan diantara mereka dalam urusan (agama) mereka di dunia dan seluruhnya akan dikembalikan kepada Allah di akherat كل إلينا راجعون yaitu seluruhnya hanya kembali kepada-Nya. Dia lah yang berhak menghisab mereka dan Yang mengetahui atas apa yang mereka lakukan baik berupa petunjuk atau kesesatan . (Fii Zhilalil Qur’an juz IV hal 2397)
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan dan masanid seperti Abu Daud, Nasai, Tirmidzi dan yang lainnya dengan beberapa lafazhnya, diantaranya,”Orang-orang Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan seluruhnya di neraka kecuali satu. Orang-orang Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan seluruhnya di neraka kecuali satu. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan seluruhnya di neraka kecuali satu.” Didalam riwayat lain,”Mereka bertanya,’Wahai Rasulullah, siapakah golongan yang selamat ?
Beliau saw menjawab,’Siapa yang berada diatas (ajaran) seperti ajaranku hari ini dan para sahabatku.” (HR. Thabrani dan Tirmidzi) didalam riwayat lain disebutkan,”ia adalah jama’ah, tangan Allah berada diatas tangan jama’ah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Siapa Golongan Yang Selamat ?
Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz mengatakan bahwa “Golongan yang Selamat” adalah jama’ah yang istiqomah diatas jalan Nabi saw dan para sahabatnya, mengesakan Allah, menaati berbagai perintah dan menjauhi berbagai larangan-Nya, istiqomah dengannya dalam perkataan, perbuatan maupun aqidahnya. Mereka adalah ahlul haq, para penyeru kepada petunjuk-Nya walaupun mereka tersebar di berbagai negeri, diantara mereka ada yang tinggal di Jazirah Arab, Syam, Amerika, Mesir, Afirka, Asia, mereka adalah jama’ah-jama’ah yang banyak yang mengetahui aqidah dan amal-amal mereka. Apabila mereka berada diatas jalan tauhid, keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, istiqamah diatas agama Allah sebagaimana yang terdapat pada Al Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya maka mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah walaupun mereka berada di banyak tempat namun pada akhir zaman jumlah mereka tidaklah banyak.
Dengan demikian, kriiteria mereka adalah keistiqomahan mereka berada diatas kebenaran. Apabila terdapat seseorang atau jama’ah yang menyeru kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, menyeru kepada tauhid Allah serta mengikuti syariahnya maka mereka adalah jama’ah, mereka adalah “Golongan yang Selamat”.
Adapun orang yang menyeru kepada selain Kitabullah atau selain Sunnah Rasul saw maka mereka bukanlah jama’ah bahkan termasuk kedalam golongan yang sesat dan merusak.
Sesungguhnya golongan yang selamat adalah para penyeru Al Qur’an dan Sunnah, walaupun ia adalah jama’ah ini atau jama’ah itu selama tujuan dan aqidahnya adalah satu tidak masalah apakah ia adalah jama’ah : Anshorus Sunnah, al Ikhwan al Muslimin atau yang lainnya, yang penting aqidah dan amal mereka. Apabila mereka istiqomah diatas kebenaran, tauhidullah, ikhlas dengannya, mengikuti rasul-Nya saw baik perkataan, perbuatan, aqidah sedangkan nama tidaklah menjadi persoalan akan tetapi hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dan bersifat shidiq.
Apabila sebagian mereka menamakan jam’ahnya dengan Anshorus Sunnah, sebagian lain menamakannya dengan Salafiy atau al Ikhwan al Muslimin atau jama’ah ini dan itu maka tidaklah menjadi persoalan selama jama’ah itu shidiq dan istiqomah diatas kebenaran dengan mengikuti Kitabullah dan Sunnah serta menghukum dengan keduanya, istiqomah diatas keduanya baik aqidah, perkataan dan perbuatan. Apabila jama’ah itu melakukan kesalahan dalam suatu urusan maka wajib bagi ahli ilmu untuk mengingatkannya dan menunjukinya kepada kebenaran apabila buktinya telah jelas.
Hal itu berarti : Hendaknya kita saling bekerja sama didalam kebajikan dan ketakwaan, mencari solusi terhadap berbagai problematika kita dengan ilmu, hikmah, cara-cara yang baik. Barangsiapa yang melakukan kesalahan dalam suatu urusan dari jama’ah-jama’ah ini atau selain mereka yang berkaitan dengan aqidah atau apa-apa yang diwajibkan Allah atau diharamkan Allah maka hendaknya mereka diingatkan dengan dalil-dalil syar’i dengan cara yang lembut, bijaksana, cara yang baik sehingga mereka mau mengakui dan menerima kebenaran serta tidak lari darinya. Ini adalah kewajiban kaum muslimin untuk saling bekerja sama dalam kebajikan dan ketakwaan, saling menasehati diantara mereka dan tidak saling menghina yang bisa membuka peluang musuh untuk masuk ketengah-tengah mereka. (Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah juz VIII hal 181)
Golongan-golongan Dalam Islam
Sejumlah daftar terlihat dalam literatur yang menerangkan nama-nama golongan. Dua yang digunakan adalah ensiklopedia Islam yang diterbitkan oleh Munsyi Mahbub ‘Alim dan Abu Mansur al-Baghdadi. Daftar Abu-Mansur al-Baghdadi dikeluarkan sekitar abad ke 10 M dan beliau telah memasukkan sejumlah gerakan politik sebagai golongan-golongan yang terpisah.Gerakan-gerakan semacam itu berbeda satu sama lain dalam masalah kepemimpinan dan tak mempunyai perbedaan teologi (keyakinan/kepercayaan) dan dengan demikian saya percaya bahwa itu tidak dapat dianggap sebagai golongan yang berdiri sendiri, maka dalam daftar ini saya tidak memasukkan gerakan-gerakan politik semacam itu sebagai golongan-golongan yang berdiri sendiri.
Sebaliknya Munsyi Mahbub ‘Alim telah memasukkan dalam daftar beliau, golongan-golongan yang menolak beberapa keyakinan Islam yang mendasar sedangkan Abu-Mansur al-Baghdadi tidak menganggap mereka sebagai bagian dari Islam. Misalnya golongan Ghullat dan semua pecahannya percaya pada ketuhanan Ali, Zanadiqiyah dan beberapa golongan lain tidak percaya pada hari kiamat dan lain-lain.
Ketika menyiapkan daftar berikut ini saya setuju dengan Baghdadi dan tidak memasukkan golongan-golongan semacam itu. Akhirnya, Munsyi Mahbub ‘Alim telah memasukkan dua golongan yaitu ‘Aliwiyah and Ajariyah dengan membedakan mereka atas dasar kepercayaan bahwa yang satu percaya pada kenabian dari Ali sedangkan yang lain percaya bahwa Ali merupakan sekutu dalam kenabian. Saya menilai dua golongan ini sebagai satu golongan. Selain dari pada perbedaan-perbedaan tersebut di atas yang saya gunakan adalah identik kecuali kenyataan bahwa Munsyi Mahbub ‘Alim membagi keseluruhan Ummah ke dalam enam cabang besar yakni 1.Rafidiyah, 2.Kharijiyah, 3.Jabariyah, 4.Qadriyah, 5.Jahmiyah and 6. Marjiyah. Sedangkan Abu-Mansur memasukkan golongan-golongan Jahmiyah di bawah golongan utama Marjiyah dan Jabariyah di bawah golongan Qadriyah, maka pembagian Ummah hanya menjadi empat golongan besar, yakni 1.Rafidiyah, 2.Kharijiyah, 3.Qadriyah dan 4. Marjiyah.
Satu-satunya perbedaan lain yang ditemukan adalah bahwa kedua penulis kadang-kadang menggunakan nama-nama berbeda untuk golongan yang sama yang menjadi jelas ketika melihat kepercayaan-kepercayaan yang berhubungan dengan mereka. Ini saya percaya karena kedua penulis itu bermukim di dua kawasan yang berbeda (satu di Arabia yang lain di anak benua Indo-Pak) dalam masa-masa yang berbeda mungkin juga golongan-golongan yang sama telah dikenal dengan nama-nama berbeda di daerah-daerah yang berbeda.
Saya telah berupaya untuk memasukkan berbagai nama yang diberikan bagi golongan yang sama oleh kedua penulis itu di mana memungkinkan.
Nama Golongan | Dasar Kepercayaan Yang Membedakan Dengan Yang Lain |
1. Jarudiyah | Para pengikut dari Abul-Jarud, mereka mempercayai nabi (s.a.w.) mencalonkan Ali (ra) sebagai Imam dengan ciri-ciri khas beliau tapi bukan dengan nama. |
2. Sulaimaniah/ Jaririyah | Para pengikut dari Sulaiman ibnu-Jarir az-Zaidi, mereka mempercayai Imamah merupakan masalah pertemuan (musyawarah) dan dapat dikuatkan oleh dua orang Muslim terbaik. |
3. Butriyah/ Hurariyah | Mereka tidak memperselisihkan Khilafat of Utsman(r.a.), tidak pula mereka menyerang beliau atau pun memuji beliau. |
4. Yaqubiyyah | Mereka menerima Khilafat dari Abu Bakar(r.a.) dan Umar(r.a.), tapi tidak menolak (menentang) orang-orang yang menolak para Khulafa ini. Mereka juga percaya bahwa orang Muslim pelaku dosa-dosa besar akan berada di neraka selamanya. |
5. Hanafiyah | Para pengikut dari Imam Muhammad ibnu al-Hanifah. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mempunyai permulaan. |
6. Karibiyah | Mereka percaya bahwa Imam Muhammad ibnu al-Hanifah tidak meninggal dan adalah Imam Ghaib (menghilang) dan Mahdi yang diharapkan. |
7. Kamiliyah | Para pengikut dari Abu-Kamil. Mereka mempercayai para sahabat sebagai murtad karena mereka meninggalkan bai’at kepada Ali(r.a.) dan mengutuk Ali karena berhenti memerangi mereka. Mereka mempercayai kembalinya orang mati sebelum hari kiamat dan bahwa setan adalah benar dalam kelebihan api dari pada tanah. |
8. Muhammadiyyah / Mughairiyah | Para pengikut dari Muhammad ibnu-’Abdullah ibnu al-Hassan. Mereka tidak percaya bahwa Imam Muhammad ibnu ‘Abdullah meninggal dunia dan bahwa beliau adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan. |
9. Baqiriyah | Para pengikut dari Muhammad ibnu ‘Ali al-Baqir. Mereka mempercayai beliau sebagai Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan. |
10. Nadisiyah | Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik dari pada orang lain adalah kafir (tak beriman). |
11. Sya’iyah | Mereka percaya bahwa orang yang telah mengucapkan La Ilaha Illa-Llah (Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah), apa pun yang dia lakukan, tak akan pernah dihukum. |
12. Ammaliyah | Mereka percaya bahwa keimanan bagi seseorang adalah apa yang dia amalkan secara ikhlas. |
13. Ismailiyah | Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan Ismail ibnu Ja’far. |
14. Musawiyah / Mamturah | Mereka mempercayai Musa ibnu Ja’far sebagi Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan. |
15. Mubarikiyah | Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan dari Muhammad ibnu Ismail ibnu Ja’far. |
16. Katsiyah / Itsna ‘Asyariyah (Imam dua belas) | Mereka percaya bahwa Mahdi yang diharapkan akan merupakan Imam kedua belas di antara keturunan dari ‘Ali ibnu Abi-Talib. |
17. Hasyimiyah / Taraqibiyah | Mereka menisbahkan tubuh jasmani kepada Allah dan juga menuduh Nabi (s.a.w.) tidak taat kepada Allah. |
18. Zarariyah | Mereka mempercayai bahwa Allah tidak hidup tidak pula mempunyai sifat-sifat hingga Dia menciptakan kehidupan bagi-Nya Sendiri dan sifat-sifat-Nya. |
19. Yunusiyah | Para pengikut dari Yunus ibnu ‘Abdurl-Rahman al-Kummi. Mereka percaya bahwa Allah dipikul oleh para pembawa singasana-Nya, walaupun Dia lebih kuat dari pada mereka. |
20. Syaitaniyah / Syirikiyah | Mereka mempercayai pandangan bahwa amal perbuatan hamba-hamba Allah adalah hakikat; dan seorang hamba Allah dapat benar-benar menghasilkan satu hakikat. |
21. Azraqiah | Para pengikut dari Nafi ibnu al-Azraq. Mereka tidak mempercayai mimpi dan kasyaf yang benar (baik) dan mendakwakan bahwa segala bentuk wahyu telah berakhir. |
22. Najadat | Para pengikut dari Najdah ibn-’Amir al-Hanafi. Mereka membatalkan hukuman bagi peminum arak juga mereka mempercayai bahwa para pendosa dari golongan ini tidak akan dimasukkan di neraka tapi pada suatu tempat lain sebelum diizinkan ke surga. |
23. Sufriyah | Para pengikut dari Ziyad ibnu al-Asfar. Mereka mempercayai bahwa para pendosa itu sebenarnya adalah musyrik. |
24. Ajaridah | Para pengikut dari Abdul Karim ibnu-Ajrad. Mereka mempercayai bahwa seorang anak seharusnya diseru kepada Islam sesudah ia mencapai kedewasaannya. Juga mereka mempercayai rampasan perang itu haram hingga pemiliknya dibunuh. |
25. Khazimiyah | Mereka mempercayai Allah mencintai manusia dari semua agama bahkan jika orang telah menjadi kafir pada sebagian besar kehidupannya. |
26. Shuaibiyah / Hujjatiyah | Mereka mempercayai bahwa apa yang Allah kehendaki sungguh terjadi tak peduli apa pun itu dan apa yang tidak terjadi artinya itu tidak dikehendaki Allah. |
27. Khalafiyah | Para pengikut dari Khalaf. Mereka tidak mempercayai perjuangan kecuali di bawah kepemimpinan seorang Imam. |
28. Ma’lumiyah / Majhuliyah | Mereka percaya bahwa barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan seluruh nama-Nya adalah jahil terhadap Dia dan orang yang jahil terhadap Dia adalah orang kafir. |
29. Saltiyah | Para pengikut dari Salt ibnu Utsman. Mereka percaya pada keimanan dewasa saja dan jika bapak telah masuk Islam anak-anak dianggap kafir hingga mereka mencapai kedewasaan. |
30. Hamziyah | Para pengikut dari Hamzah ibnu Akrak. Mereka percaya bahwa anak-anak orang musyrik dilaknat dengan neraka. |
31. Tsa’libiyah | Para pengikut dari Tsa’labah ibnu Masykan. Mereka percaya bahwa para orang tua tetap menjadi penjaga atas anak-anak mereka hingga anak-anak itu menjelaskan kepada orang tua mereka bahwa mereka berpaling dari kebenaran. |
32. Ma’badiyah | Mereka tidak percaya dalam mengambil dan memberikan sedekah dari atau untuk para hamba sahaya. |
33. Akhnasiyah | Mereka tidak mempercayai peperangan dikobarkan kecuali dalam pertahanan atau ketika lawan dikenali secara pribadi. |
34. Syaibaniyah / Masybiyah | Para pengikut dari Syaiban ibnu Salamah al-Khariji. Mereka mempercayai Allah menyerupai makhluk-makhluk-Nya. |
35. Rasyidiyah | Mereka percaya bahwa tanah yang diairi dengan mata air, terusan atau sungai yang mengalir harus dibayarkan zakatnya setengah bagian, sedangkan tanah yang diairi hanya dengan hujan harus dibayarkan zakat seluruhnya. |
36. Mukarramiyah / Tehmiyah | Para pengikut dari Abu-Mukarram. Mereka percaya bahwa kejahilan merupakan kekafiran. Juga bahwa permusuhan atau persahabatan dari Allah tergantung pada keadaan keimanan seseorang pada kematiannya. |
37. Ibadiyah / Af’aliyah | Menganggap Abdullah ibnu Ibad sebagai Imam mereka. Mereka mempercayai amal-amal baik yang dilakukan tanpa niat membuat Allah ridha. |
38. Hafsiyah | Menganggap Hafs ibnu abil Mikdam sebagai Imam mereka. Mereka percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui seseorang bebas dari kemusyrikan. |
39. Haritsiyah | Para pengikut dari Harits ibnu Mazid al-Ibadi. Mereka percaya bahwa kemampuan mendahului perbuatan-perbuatan. |
40. Ashab Ta’ah | Mereka percaya bahwa Allah dapat mengutus seorang nabi tanpa memberinya suatu tanda untuk membuktikan kebenarannya. |
41. Syabibiyah / Salihiyah | Para pengikut dari Syabib ibnu Yazid as-Syaibani. Mereka mempercayai Imamah dari seorang wanita bernama Ghazalah. |
42. Wasiliyah | Para pengikut dari Wasil ibnu-’Ata al-Ghazza. Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar akan dihukum di neraka tapi masih tetap sebagai orang-orang yang beriman. |
43. ‘Amriyah | Para pengikut dari ‘Amr ibnu Ubaid ibn-Bab. Mereka menolak kesaksian yang sah dari khalayak umum demi mendukung pihak mereka dalam perang Jamal (unta). |
44. Hudhailiyah / Faniyah | Para pengikut dari Abu-al-Hudhail Muhammad ibnu al-Hudhail. Mereka percaya bahwa neraka dan surga kedua-duanya akan binasa dan bahwa ketetapan Allah dapat berhenti, yang pada waktu itu Allah tidak akan lagi menjadi penguasa. |
45. Nazzamiyah | Para pengikut dari Abu-Ishaq Ibrahim ibn-Saiyar. Mereka tidak percaya pada mukjizat alami Al-Qur-an Suci tidak pula mereka mempercayai mukijzat Nabi Suci(s.a.w.) seperti pembelahan bulan. |
46. Mu’ammariyah | Mereka mempercayai bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan tidak pula kematian tapi itu merupakan tindakan alami dari tubuh yang hidup. |
47. Basyriyah | Para pengikut dari Basyr ibnu al-Mu’tamir. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mengampuni dosa-dosa manusia dan mungkin mengubah keputusan tentang pengampunan-Nya dan menghukumnya jika dia membangkang lagi. |
48. Hisyamiyah | Para pengikut dari Hisyam ibnu ‘Amr al-Futi. Mereka percaya bahwa jika satu masyarakat Muslim bersepakat perlunya Imam dan jika ia memberontak dan membunuh Imam, hendaknya tak seorang pun yang dipilih sebagai Imam selama pemberontakan. |
49. Murdariyah | Para pengikut dari Isa ibnu Sabih. Mereka percaya bahwa berhubungan dekat dengan Sultan (penguasa) membuat orang jadi kafir. |
50. Ja’friyah | Para pengikut dari Ja’far ibnu Harb dan Ja’far ibnu Mubasysyir. Mereka percaya bahwa minum arak tak dapat dihukum dan bahwa hukuman neraka dapat diduga dengan proses mental. |
51. Iskafiyah | Para pengikut dari Muhammad ibnu Abdallah al-Iskafi. Mereka percaya bahwa Allah mempunyai kekuasaan untuk memaksa anak-anak dan orang-orang gila tapi tidak kepada orang-orang yang mempunyai akal sempurna. |
52. Tsamamiyah | Para pengikut dari Tsamamah ibnu Asyras al-Numairi. Mereka percaya bahwa dia yang Allah tidak paksa untuk mengenal-Nya, tidak dipaksa untuk mengenal dan digolongkan dengan hewan-hewan yang tidak bertanggung jawab. |
53. Jahiziayh | Para pengikut dari ‘Amr ibnu Bahr al-Jahiz. Mereka percaya bahwa Allah dapat menciptakan sesuatu tapi tak dapat melenyapkannya. |
54. Syahhamiyah / Sifatiyah | Para pengikut dari Abu-Yaqub al-Syahham. Mereka percaya setiap sesuatu ditakdirkan dengan dua takdir, satu Pencipta dan yang lain penerima. |
55. Khaiyatiyah / Makhluqiyah | Para pengikut dari Abu-al-Husain al-Khaiyat. Mereka percaya bahwa setiap sesuatu yang tidak ada merupakan satu tubuh sebelum ia muncul, seperti manusia sebelum kelahiranya adalah tubuh dalam ketiadaan. Juga setiap sifat menjadi ada ketika ia mengadakan kemunculannya. |
56. Ka’biyah | Para pengikut dari Abu-Qasim Abdullah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Banahi dikenal sebagai al-Ka’bi. Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat Diri-Nya Sendiri tidak pula orang lain kecuali dalam perasaan bahwa Dia mengetahui Diri-Nya Sendiri dan yang lain. |
57. Jubbaiyah | Para pengikut dari Abu-’Ali al-Jubbai. Mereka percaya bahwa Allah mengikuti hamba-hamba-Nya ketika Dia memenuhi keinginan mereka. |
58. Bahsyamiyah | Para pengikut dari Abu-Hasyim. Mereka percaya bahwa orang yang berniat untuk berbuat buruk, walau dia mungkin tidak melakukannya, dianggap berbuat jahat dan menerima hukuman. |
59. Ibriyah. | Mereka percaya bahwa Nabi Suci Muhammad (s.a.w.) adalah seorang bijak tapi bukan seorang nabi. |
60. Muhkamiyah | Mereka percaya bahwa Tuhan tak punya kendali atas makhluk-makhluk-Nya. |
61. Qabariyyah | Mereka tidak percaya azab kubur. |
62. Hujjatiyah | Mereka tidak percaya pada hukuman (balasan) bagi perbuatan atas dasar bahwa karena setiap sesuatu ditakdirkan maka apa pun yang orang lakukan dia tidak bertanggung jawab untuk itu. |
63. Fikriyyah | Mereka percaya bahwa amal Dzikr and Fikr (ingat dan berpikir tentang Allah) adalah lebih baik dari pada ibadah. |
64. ‘Aliwiyah / Ajariyah | Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali(ra.) berbagi kenabian dengan Muhammad (s.a.w.). |
65. Tanasikhiya | Mereka percaya pada penitisan ruh. |
66. Raji’yah | Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali ibnu Abi-Talib akan kembali ke dunia ini. |
67. Ahadiyah | Mereka percaya pada Fardhu (wajib) dalam agama tapi menolak sunnah. |
68. Radidiyah | Mereka percaya bahwa dunia ini akan hidup (ada) selamanya. |
69. Satbiriyah | Mereka tidak percaya pada penerimaan taubat. |
70. Lafziyah | Mereka percaya bahwa Al-Qur-an adalah bukan kalam Tuhan tapi hanya artinya dan inti sarinya adalah kalam Tuhan. Kata-kata dari Al-Qur-an adalah hanya perkataan orang yang menuturkan. |
71. Asyariyah | Percaya bahwa Qiyas (mengambil misal) adalah salah dan mengandung kekafiran. |
72. Bada’iyah | Mereka percaya bahwa taat kepada Amir adalah wajib tak peduli apa pun yang dia perintahkan. |
73 Golongan Umat Nabi SAW |
Rabu, 02 September 2009 00:00 |
Tentang Islam akan terpecah menjadi banyak golongan “Akan ada segolongan umatku yang tetap atas Kebenaran sampai Hari Kiamat dan mereka tetap atas Kebenaran itu.” HR. Bukhari dan Muslim. Rasulullah Saw lewat riwayat Jabir Ibnu Abdullah bersabda : “ Akan ada generasi penerus dari umatku yang akan memperjuangkan yang haq, kamu akan mengetahui mereka nanti pada hari kiamat, dan kemudian Isa bin Maryam akan datang, dan orang-orang akan berkata, “Wahai Isa, pimpinlah jamaa’ah (sholat), ia akan berkata, “Tidak, kamu memimpin satu sama lain, Allah memberikan kehormatan pada umat ini (Islam) bahwa tidak seorang pun akan memimpin mereka kecuali Rasulullah SAW dan orang-orang mereka sendiri.” Hadis tentang sejumlah 73 golongan yang terpecah dalam Islam Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. Sunan Abu Daud. Dalam sebuah kesempatan, Muawiyah bin Abu Sofyan berdiri dan memberikan khutbah dan dalam khutbahnya diriwayatkan bahwa dia berkata, “Rasulullah SAW bangkit dan memberikan khutbah, dalam khutbahnya beliau berkata, 'Millah ini akan terbagi ke dalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, (hanya) satu yang masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan dari kalangan umatku akan ada golongan yang mengikuti hawa nafsunya, seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, urat nadi (pembuluh darah) maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya.” HR. Sunan Abu Daud. Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Bani Israil akan terpecah menjadi 71 golongan dan umatku akan terpecah kedalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu, yaitu Al-Jamaa’ah.” HR. Sunan Ibnu Majah. “Bahwasannya bani Israel telah berfirqah sebanyak 72 firqah dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu.” Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya: “Siapakah yang satu itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab: ” Yang satu itu ialah orang yang berpegang sebagai peganganku dan pegangan sahabat-sahabatku.” HR Imam Tirmizi. Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Umatku akan menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya. Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya, “Yang mana yang selamat ?” Rasulullah Saw menjawab, “ Yang mengikutiku dan para shahabatku.” HR Imam Tirmizi. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Yahudi terbagi dalam 71 golongan atau 72 golongan dan Nasrani pun demikian. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.” HR Imam Tirmizi. Diriwayatkan oleh Imam Thabrani, ”Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya, akan berpecah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk Syurga dan yang lain masuk Neraka.” Bertanya para Sahabat: “Siapakah (yang tidak masuk Neraka) itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab: “Ahlussunnah wal Jamaah.” Mu’awiyah Ibnu Abu Sofyan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam masalah agamanya terbagi menjadi 72 golongan dan dari umat ini (Islam) akan terbagi menjadi 73 golongan, seluruhnya masuk neraka, satu golongan yang akan masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan akan ada dari umatku yang mengikuti hawa nasfsunya seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, pembuluh darah, maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya. Wahai orang Arab! Jika kamu tidak bangkit dan mengikuti apa yang dibawa Nabimu…” HR.Musnad Imam Ahmad. Umat Islam terpecah menjadi 7 golongan besar yaitu: 1. Mu'tazilah, yaitu kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri. Mu’tazilah memiliki 5 ajaran utama, yakni :
Golongan Mu'tazilah pecah menjadi 20 golongan. 2. Syiah, yaitu kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. Golongan Syiah pecah menjadi 22 golongan dan yang paling parah adalah Syi'ah Sabi'iyah. 3. Khawarij, yaitu kaum yang sangat membenci Sayyidina Ali Kw, bahkan mereka mengkafirkannya. Salah satu ajarannya Siapa orang yang melakukan dosa besar maka di anggap kafir. Golongan Khawarij Pecah menjadi 20 golongan. 4. Murjiah.
Golongan Murjiah pecah menjadi 5 golongan. 5. Najariyah, Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. Golongan Najariyah pecah menjadi 3 golongan. 6. Al Jabbariyah, Kaum yang berpendapat bahwa seorang hamba adalah tidak berdaya apa-apa (terpaksa), ia melakukan maksiyat semata-mata Allah yang melakukan. Golongan Al Jabbariyah pecah menjadi 1 golongan. 7. Al Musyabbihah / Mujasimah, kaum yang menserupakan pencipta yaitu Allah dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi. Golongan Al Musyabbihah / Mujasimah pecah menjadi 1 golongan. Dan satu golongan yang selamat adalah Ahli Sunah Wal Jama'ah. 1. Pengertian. Secara etimologi Ahli adalah kelompok/keluarga/pengikut. Sunah adalah perbuatan-perbuatan Rasulullah yang diperagakan beliau untuk menjelaskan hukum-hukum Al Qur'an yang dituangkan dalam bentuk amalan. Al Jama'ah yaitu Al Ummah ( Al Munjid) yaitu sekumpulan orang-orang beriman yang di pimpin oleh imam untuk saling bekerjasama dalam hal urusan yang penting. Menurut istilah Ahli Sunah wal Jama'ah adalah sekelompok orang yang mentaati sunah Rasulullah secara berjama'ah, atau satu golongan umat islam di bawah satu komando untuk urusan agama islam sesuai dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya. 2.Syarat terbentuknya Al Jama'ah. Secara singkat telah diterangkan oleh Sayyidina Umar RA: " Tidak ada islam kecuali dengan jama'ah, Tidak ada jama'ah kecuali dengan imam, Tidak ada imam kecuali dengan Bai'at, Tidak ada bai'at kalau tidak ada taat. Dan bai'at bukanlah syahadat, sebagaimana yang diyakini oleh mereka yang salah, dan apalagi dengan pengkafiran diluar kelompok tersebut. 3. Terpeliharanya Islam. Dalam masa-masa kerusakan islam Allah menunjukkan kasih sayangnya dengan membangkitkan para mujadidnya setiap 100 tahun sekali yang meluruskan kembali pemahaman ajaran Rasul sesuai dengan kebutuhan pemahaman mereka saat itu hingga turunnya masa imam Mahdi. Dari berbagai sumber.Imam Abdul Qahir bin Thahir al-Bagdadi dalam bukunya "al-Farqu bainal Firaq" membahas panjang lebar hadis tersebut. Ulama komtemporer yang membahas hadis tersebut secara panjang lebar adalah Yusuf Qardlawi dalam bukunya, "Assahwah Islamiyah bainal Juhud Wattatharruf". Ringkasan pembahasan hadis tersebut adalah sebagai berikut : Hadist tersebut diriwayatkan oleh Abu Hurairah, artinya: "Bangsa Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani telah terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu". Kemudian para sahabat pun bertanya: "Siapa mereka ya Rasulullah?". Rasullah menjawab: "Mereka yang mengikutiku dan sahabat-sahabatku". Hadis tersebut diriwayatkan oleh Hakim dalam kitab al-Mustadrak, (1/182). Riwayat Ibnu Majah dari Aans bin Malik menyebutkan umat Islam akan terpecah menjadi 72 golongan. Baghdadi menyatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh beberapa Sahabat: Anas bin malik, Abi Hurairah, Abi Darda', Jabir, Abi Said al-Khudri, Ubay bin Ka'b, Abdullah bin Amr bin Ash, Abi Umamah, Wa'ilah bin Asqa' dll. Sebagian Ulama memang menpertanyakan kesahihan hadis tersebut. Namun mengingat banyaknya riwayat, para ulama menetapkan sahihnya hadis tersebut. Kemudian dalam hadis lain, Nabi telah menyebutkan secara eksplisit, golongan-golongan yang sesat, seperti kelompok qadariyah yang primitif. Dalam menafsirkan hadis tersebut para ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud kelompok sesat bukanlah kelompok-kelompok Islam yang muncul karena perbedaan masalah fiqh. Namun yang dimaksud kelompok sesat, adalah kelompok yang memang telah keluar dari ajaran-ajaran pokok Islam. Seperti kelompok yang mengingkari rukun-rukun Islam dan Iman. Jadi kelompok yang mengamalkan rukun Islam dan mempercayai rukun-rukun iman, mereka ini termasuk kelompok yang selamat. Adapun kelompok-kelompok Islam yang ada sekarang ini, kita juga harus melihatnya melalui kacamata di atas. Sejauh mereka mengamalkan syariat Islam serta berakidah dengan aqidah yang islami, maka kita tidak boleh memberinya cap sebagai kelompok yang sesat. Berikut ini beberapa etika bila menemukan beda pendapat antar kelompok:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar